Pelayan

JPIC Kalimantan Barat
4 Min Read
Gambar dari blok Bruder Gerardus MTB (2024)

JPIC KALBAR, Sdra-Sdri yang dikasihi Yesus. Pelayan dari kata dasar layan artinya membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang; menerima (menyambut) ajakan.

Pelayan artinya orang yang membantu, mengurus sesuatu yang diperlukan untuk melayani. Menjadi pelayan bukan hanya kaum laki-laki melainkan juga kaum perempuan.

Bahkan dewasa ini pelayan lebih didominasi oleh kaum perempuan.

Karena banyak permintaan untuk mengurus rumah tangga, rumah makan, hotel, restoran, bar, maupun kafe lebih membutuhkan kaum perempuan.

Pekerjaan ini termasuk dalam sektor jasa, sehingga kita mengenal ada waiter dan waitress.

Baik waiter (laki-laki) dan waitress (perempuan) diperlukan jasa pelayanan yang bermutu, sehingga menyenangkan setiap orang yang berkunjung. Ada pepatah “Siap melayani maka jadilah sebagai pelayan.”

Pepatah ini merangkum esensi pentingnya sikap pelayanan dan dedikasi terhadap orang lain dalam berbagai konteks, seperti dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

Sikap pelayanan yang tulus merupakan kunci mencapai kesejahteraan dan harmoni dalam kehidupan bersama.

Hari ini Lukas (8: 1-3) menceritakan tentang perempuan-perempuan yang melayani Yesus.

Ketika Yesus dan para murid berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Kerajaan Allah, ikut juga perempuan-perempuan yang telah disembuh dari roh-roh jahat dan berbagai macam penyakit.

Perempuan itu, yakni Maria Magdalena, Yohana, Susana, dan banyak perempuan lain. Perempuan itu melayani rombongan Yesus dengan kekayaan mereka.

Proyek pemberitaan Kerajaan Allah bukan hanya urusan kaum laki-laki, melainkan juga kaum wanita. Yesus melibatkan orang dengan beragam latar belakang.

Dalam hal ini, Yesus menerapkan sebuah pendekatan baru akan peran dan kedudukan kaum wanita dalam karya pewartaan.

Yesus memberikan ruang gerak, sedangkan keikutsertaan dan keterlibatan itu merupakan keputusan mereka secara pribadi. Yesus menghargai setiap pribadi karena martabatnya sebagai anak-anak Allah dan membebaskan wanita dari ketimpangan isu tentang gender.

Bruder Gerardus MTB – Blog Pribadi

Lukas mencatat bahwa kaum wanita itu melayani  dengan “kekayaan”.

Kekayaan dapat kita pahami sebagai sumber daya dan pelbagai kemampuan yang dimiliki mereka secara potensial dapat membantu karya pewartaan.

Yesus menghargai martabat kaum wanita dan memberi ruang gerak-melibatkan mereka dalam karya pewartaan Injil.

Namun kenyataan masih banyak stigma yang dialami oleh kaum wanita.

Persoalan-persoalan seperti gender, tenaga kerja Indonesia (TKI) yang didominasi kaum wanita, kekerasan rumah tangga, kekerasan seksual, human trafficking, pernikahan dini, kawin kontrak dan sebagainya menunjukkan kaum wanita masih terbelanggu, belum bebas karena rasa hormat akan harkat dan martabatnya diabaikan.

Mari kita belajar menghormati dan menghargai kaum wanita, memberi ruang gerak dan melibatkan mereka dalam berbagai bidang pelayanan karena mereka mempunyai kekayaan yang dapat memekarkan kehidupan bersama.

Mari kita memberi diri dan segala kekayaan yang dimiliki untuk membantu karya pewartaan Injil dari kota ke kota dan desa ke desa, sehingga semakin banyak orang mengenal Yesus dan berbuat baik.

Pada Hari Perempuan Internasional (2023), Paus Fransiskus menyerukan kesetaraan dalam keberagaman pada “lapangan yang terbuka bagi semua pemain” meskipun ada perbedaan antara lelaki dan wanita.

Ia mengatakan, “Saya pikir jika perempuan bisa menikmati kesetaraan kesempatan penuh, mereka dapat berkontribusi secara substansial menuju perubahan yang diperlukan demi mencapai dunia perdamaian, inklusi, setia kawan, dan berkelanjutan secara integral.”

Semoga, ya semoga Tuhan memberkati. Pace e bene (*** Br. Gerardus Weruin, MTB  20 September 2024).

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *