JPIC KALIMANTAN BARAT | Sdra-Sdri yang dikasihi Yesus. Secara umum hukum diartikan sistem aturan dan pedoman, yang disokong oleh otoritas pemerintah. Hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksi; juga keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur ketertiban baik terhadap lembaga maupun masyarakat.
Hukum berkaitan erat dengan kehidupan manusia yang merujuk pada sistem rangkaian pelaksanaan kekuasaan penegak hukum karena kehidupan manusia dibatasi oleh hukum.
Memang ada beragam jenis hukum seperti hukum alam, karma, sebab-akibat, tarik-menarik, getaran, tindakan, polaritas, ritme dan sebagainya, tetapi fokus kita pada hukum Tuhan Allah dan hukum manusia.
Injil Markus (7:1-8, 14-15, 21-23) Minggu ini mengisahkan ketidaksukaan Yesus terhadap kemunafikan para pemimpin agama Yahudi, yaitu ahli Taurat dan orang Farisi.
Mereka berpura-pura menjunjung tinggi hukum Taurat dan menjalankan dengan teliti praktik kesalehan dalam hidup keagamaan.
Di balik semuanya itu, dalam hati mereka tersimpan keinginan dan niat jahat. Mereka menggunakan dalil-dalil tradisi agama untuk menyalahkan murid Yesus, seperti tidak membasuh tangan sebelum makan dan kebiasaan lainnya.
Yesus menghormati dan mentaati hukum Taurat karena Ia orang Yahudi.
Yang dipersoalkan dan dikritik oleh Yesus berkaitan dengan hukum Taurat, yaitu kebiasaan ahli Taurat dan orang Farisi yang kerap kali menambah dan menafsirkan banyak aturan yang tidak sesuai dengan tujuan hukum Taurat lagi.
Mereka lebih berfokus pada aturan buatan manusia dan menerapkannya untuk menjatuhkan-menyalahkan orang lain.

Yesus pun tidak menghapus-meniadakan tradisi Yahudi. Yesus hanya menyayangkan (menyesal) mengapa ritual dalam tradisi itu untuk mencela orang lain? Padahal ritual itu sebenarnya bukan yang esensial yang ditekankan dalam hukum Taurat.
Maka kata Yesus, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu.
Percuma kamu beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang kamu ajarkan ialah perintah-hukum manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Ahli Taurat dan orang Farisi menuduh para murid Yesus melanggar hukum Taurat. Yesus berkata, “Apapun dari luar yang masuk, tidak menajiskan.
Apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya.
Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan.” Hukum dibuat untuk membantu manusia agar lebih manusiawi (memanusiakan manusia).
Demikian juga, hukum Allah dan manusia bertujuan supaya memelihara kesetiaan manusia kepada Allah, menjaga relasi harmonis antara manusia dengan Allah, sesama, dan alam ciptaan (ekologi).
Kita telah memasuki September – Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) thn 2024, dengan tema “Allah Sumber Keadilan”.
Ayat emas BKSN tahun 2024 “TUHAN itu baik; tempat perlindungan pada waktu kesusahan” (Nahum 1:7). Pada bulan ini kita diajak untuk membaca-mendengarkan, merenung, mewartakan Firman Tuhan dalam perbuatan-tindakan kita sesuai dengan hukum Allah dan manusia.
Hukum Allah itu cinta kasih, kebaikan, keadilan, kebenaran, kesejahteraan, dan kejujuran.
Orang yang tidak membaca Kitab Suci, dia tidak mengenal Kristus Yesus, tidak mengenal dan tahu kehendak Allah, kata Santo Hieronimus.
Marilah kita meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci setiap hari. Kita tidak hanya merasa bangga akan hukum Allah dan manusia, tetapi mempraktikan-mengamalkannya dalam hidup sehari-hari, sehingga mendatangkan sukacita, damai, dan berkat bagi sesama.
Semoga … Tuhan memberkati Pace e bene… selamat hari Minggu (*** Br. Gerardus Weruin, MTB 1 September 2024).