Ganjaran dari Yesus

JPIC Kalimantan Barat
3 Min Read
(2024)

JPIC KALIMANTAN BARAT | Era globalisasi atau modern ini hidup kita diwarnai dengan persaingan atau kompetisi. Kita berkompetisi untuk mendapatkan uang-harta kekayaan, jabatan, status sosial, dan lain sebagainya.

Banyak waktu dihabiskan untuk mencari dan mengejar uang-harta kekayaan. Bahkan dalam berkompetisi manusia pun sering diperlakukan seperti barang. Time is money waktu adalah uang, begitulah pola dan gaya hidup kita sekarang.

Segala perbuatan dari anak-anak sampai orang dewasa selalu diukur dengan uang. Seluruh waktu disibukkan untuk mencari uang-harta kekayaan, sehingga tanpa disadari kita mengabdi kepada mamon.

Mamon merupakan bentuk penyembah berhala hadir di era modern yang penuh kompetisi ini.

Petrus dan para murid gelisah akan apa upahnya mengikuti Yesus. “Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; apa yang akan kami peroleh?”

Ganjaran dari Yesus, “Sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali Anak Manusia akan bersemayan di tahta kemuliaanNya bersama kamu.

Bruder Gerardus Weruin MTB

Dan kamu akan menerima kembali seratus kali lipat serta hidup yang kekal” (Mat 19:23-30). Untuk mendapat ganjaran itu, kita akan berjuang seperti seekor unta masuk melalui lubang jarum. Mungkinkah itu?

Jika manusia dengan kemampuannya sendiri tidaklah mungkin, tetapi manusia mengandalkan Allah maka sangat mungkin!

Janji Yesus itu benar adanya. Perihal duduk bersamaNya dalam tahta kemuliaan dan hidup kekal itu nanti, tetapi akan mendapat seratus kali lipat nyata adanya.

Jika berani, rela dan ikhlas melepaskan segala harta duniawi dan mengikuti Yesus, kita mendapat rumah yang baru, keluarga yang baru, saudara, saudari, orang tua yang baru dan sebagainya.

Kita hidup dalam kecukupan, tidak ada kekurangan sesuatu apa pun.

Karena mereka akan membantu kita. Jadi, ganjaran dari Yesus itu benar adanya kalau kita percaya.

Persoalannya apakah kita rela melepaskannya (harta kekayaan duniawi), sehingga Yesus mengatakan sukar sekali bagi seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (orang yang melekat pada harta kekayaan). Uang-harta kekayaan memang diperlukan dalam hidup, tetapi bukan satu-satunya.

Seringkali kita dibutakan akan fungsi dan tujuan uang-harta kekayaan dan lupa bahwa itu semua hanya sarana untuk mencapai hidup kekal. Maka, kita harus berani mengatakan cukup, selebihnya digunakan untuk membantu, memberi kepada orang yang membutuhkan (orang miskin).

Ingat! Hidup kita bukan berhenti di sini, tetapi yang di sana dan itu berat seperti seekor unta masuk melalui lubang jarum. (*** Br. Gerardus Weruin, 20 Agustus 2024).

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *