Mencari dan Menemukan

JPIC Kalimantan Barat
4 Min Read
Bruder Gerardus MTB - Blog Pribadi

JPIC KALIMANTAN BARAT- Kecenderungan kita manusia itu selalu mencari bukan menemukan. Kita mencari segala sesuatu yang ada di luar diri, sehingga tidak pernah merasa puas akan apa yang dimilikinya.

Akan tetapi, jikalau kita senantiasa menemukan sesuatu ya ada dalam diri dan sekitarnya, tentu kita akan merasa tenang, aman, damai, dan bahagia. Tidak perlu kita mencari dan melihat keajaiban di dunia yang maha besar seperti Piramida, Taj Mahal, tembok besok China, menara Pisa, menara Eiffeld, kuil Angkor, dan candi Borobudur.

Padahal ada keajaiban yang kita miliki seperti hidung bernafas, mata melihat, telinga mendengar, tangan menyentuh, kaki berjalan, hati merasa senang-gembira (tertawa), kepala (otak) berpikir sesuatu, dan mempunyai kehendak melakukan sesuatu.

Kita tidak perlu mencari keajaiban-keajaiban sampai ke ujung bumi, tetapi cukuplah menemukan keajaiban yang ada di dalam diri dan sekeliling kita. Itulah bedanya orientasi mencari dan menemukan dalam dinamika hidup kita.

Apa yang kita cari dalam hidup ini? Ketika kita tinggal di kampung merindukan di kota, begitu tinggal di kota mau balik kampung; jika kemarau panjang ditanya kapan datang hujan- pada musim hujan maunya kemarau.

Ketika kita mau diam di rumah ingin pergi, setelah pergi mau pulang ke rumah; waktu tenang mencari keramaian-pada waktu ramai mencari ketenangan; ketika bujang ingin menikah, setelah menikah dan punya anak mengeluh betapa berat biaya hidup dan ketika bekerja mau istirahat-pensiun, disuruh pensiun maunya bekerja terus. Begitulah kontradiksi fenomena kehidupan kita antara mencari dan menemukan. Ternyata sesuatu itu tampak indah karena kita belum memilikinya. Kapan kita merasa bahagia?

Jika kita hanya memikirkan apa yang belum ada, kita akan terus mencari, sehingga mengabaikan apa yang sudah kita miliki, tentu tidak akan merasa bahagia. Kita boleh terus mencari asal mengumpulkan harta yang baka bukan fana.

[1] Mencari yang demikian mendorong kita lebih pada menemukan yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada kita.

Mencari dan menemukan diletakkan pada rasa selalu bersyukur atas rahmat dan anugerah dari Allah yang sudah kita miliki.

Ibarat selembar daun kecil tidak mungkin menutupi bumi yang luas. Daun yang kecil juga sulit menutup telapak tangan, tetapi bila ia menempel (menutup) mata, tertutuplah bumi bagi kita.  Demikianlah hati bila ditutupi dengan pikiran buruk-negatif, sekecil apapun kita akan melihat keburukan di mana-mana.

Seolah-olah hidup di dunia ini kita dihadapkan pada kejahatan, susah dan derita. Jangan menutup mata dengan selembar daun kecil; jangan menutup hati dengan sebuah pikiran buruk-negatif. Bersyukurlah apa yang sudah kita miliki.

Syukur menjadi modal bagi kita untuk memuji dan memuliakan Sang Pemberi Hidup. Karena hidup adalah waktu yang dipinjamkan (titipkan) dan harta kekayaan [2]  merupakan berkat yang dipercayakan kepada kita. Semuanya itu kelak akan dimintakan pertanggungjawabannya. Marilah kita selalu bersyukur di dalam segala hal baik di dalam mencari maupun menemukan.

BY.  Br. Gerardus Weruin, MTB

Catatan kaki:

[1] Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33-34); Yohanes 1:38-39 “Apakah yang kamu cari? Rabi di manakah engkau tinggal? Marilah dan kamu akan melihatnya.” Yohanes 20 :15 “Ibu mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Kata Maria Magdalena  Rabuni! – Maria Magdalena telah melihat Tuhan. Pertanyaan eksistensial hidup kita, sehingga perlu mencari dan menemukan yang benar.

[2] Karena di mana hartamu berada,  di situ juga hatimu berada (Matius 6:21).

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *