Mata yang Melampaui

JPIC Kalimantan Barat
4 Min Read
Pastor Pionius Hendi OFMCap, bersama Suster Fransiskan di Sekretariat JPIC MTB Selat Panjang 118 Siantan Hulu, Usai Rapat JPIC Kalimantan Barat (16 Desember 2023)

JPIC KALIMANTAN BARAT– Siapakah yang bisa mendeskripsikan bagaimana mata Santo Fransiskus saat melihat kenyataan yang penuh warna itu? Dia melihat dan masuk ke dalam kenyataan dengan melebur kedalamnya. Dia tak segan untuk mencium dan menikmati dunia yang tanpa batas itu.

Dalam dunia terdapat banyak warna. Warna itu kemudian diramu dalam satu wadah itulah yang disebut dengan karya ciptaan Allah. Pengemis, pelacur, perampok, penipu bahkan mereka yang baik pun memiliki warnanya sendiri. Misteri tentang warna itu jauh-jauh hari sudah Santo Fransiskus ramu dalam balutan kasihnya. Dia seolah menemukan keindahan dalam warna-warna eksistensi manusia yang ada.

Dia tidak sedikitpun malu untuk menerima cacian, makian bahkan penghianatan. Kelaparan, keterlanjangan maupun kemiskinan. Baginya semua mulia dan itulah yang menjadi pokok penting dari kemampuannya untuk melihat warna-warna alam tadi. Menjadi Fransiskan artinya mereka yang mau berupaya hidup meneladani teladan Santo Fransiskus Assisi. Mereka yang hidup tidak lagi dibatasi oleh batasan keyakinan atau strata hidup dalam masyarakat.

Kemampuan mata dalam melampaui kelemahan menjadi alasan kuat dalam pengolahan gejolak batin. Tidak sedikitpun menjadi alasan lagi jika mata yang melampaui itu sirna dan pupus. Santo Fransiskus alih-alih mengalami perlakukan yang tidak mengenakkan, justru dia menikmati setiap perlakuan orang kepadanya seperti yang Tuhan Yesus terima sebelum dia.

Semua kebaikan yang dia ilhami adalah berasal dari kitab Suci. Jejak-jejak Kristus mampu ia temukan dalam segala situasi. Tak ada alasan baginya melihat ciptaan sebagai sesuatu yang asing, justru baginya ciptaan lain itu adalah sebagai saudara satu ciptaan. Dengan ini dia sungguh mengerti dan menyelami, betapa besar pengaruh cara pandang terhadap sesuatu. Agar mata melihat tak sekedar melihat, tetapi mata yang mampu melihat ketersembunyian ruang kudus dari simbolisasi duniawi.

Mencoba belajar dari mata Sang Bapa Serafik

Gerakan JPIC (Justice, Peace, Integration and Creation) Kalimantan Barat mencoba untuk belajar dari mata sang Bapa Serafik, tahun lalu (2023), INFO JPIC telah mengadakan agenda pertemuan JPIC se-Indonesia yang kebetulan kegiatan tersebut dilaksanakan di Pontianak.

Pastor Pionius Hendi OFMCap, selaku ketua Panitia sekaligus ketua JPIC Kalimantan Barat mengungkapkan sesuatu yang mungkin menjadi bahan pertimbangan kemanusiaan. Menurutnya tema yang diusung saat itu merupakan tema yang sangat sensitif bahkan tak mudah untuk disosialisasikan kepada masyarakat. Namun Human Traffiking menjadi tema yang sangat cocok sepanjang masa.

Perbudakan manusia terjadi setiap hari, apakah kita sadar atau tidak makanya tergantung sejauh apa hal itu disosialisasikan. Setidaknya Pastor Pionius OFMCap mengungkapkan ada kepentingan pokok yang menjadi dasar gerakan Fransiskan JPIC Kalimantan Barat lakukan, yakni pendampingan kepada bibit-bibit sumber daya manusia yang diharapkan bisa mencegah keberlanjutan perbudakan itu.

Mata untuk melihat bahkan melampaui keduniawian untuk melihat ruang kudus dari segala jenis ketidakwajaran menjadi PR yang mesti dikerjakan terus-menerus. Sudahkah kita mencoba untuk melihat kelestarian alam ciptaan dan kemanusiaan secara baik dan benar?  Apakah ada upaya kita untuk melanjutkan misi suci dari Bapa Serafik dalam menedalankan teladan suci dari Tuhan kita Yesus Kristus?

Semua ini bisa terjawab, jika pelan-pelan dilakukan dengan karya. Sebab bukan kata-kata lagi yang bisa menjawab ini, melainkan tindakan itulah yang menjadi jawaban konkret.

 

By. Sdr. Samuel, OFS

 

 

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *