
Saudara-Saudari yang dikasihi Yesus
Secara semantik, kata tahu dan kenal mempunyai makna yang sama. Tahu artinya mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dsb) kenal (akan), mengenal. Kenal artinya tahu dan ingat kembali; tahu, mengerti, mempunyai pengetahuan tentang.
Seperti itulah arti kedua kata menurut kamus Bahasa Indonesia. Agar dapat tahu dan kenal seseorang diperlukan suatu perjumpaan yang intens, hidup dan tinggal bersama. Walaupun sering berjumpa, hidup dan tinggal bersama tidak semua hal kita tahu dan kenal secara mendalam tentang seseorang. Kita hanya tahu dan kenal garis besarnya saja, selebihnya mendengar kata orang.
Pada Kamis 27 September 2024 (9:18-22) mengisahkan tentang pengakuan Petrus. Ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-muridNya dan Yesus bertanya kepada mereka, “Kata orang banyak, Siapakah Aku ini?” Jawab mereka, “Yohanes Pembaptis, Elia, dan seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Tetapi Yesus bertanya lagi, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Petrus menjawab, “Mesias dari Allah.”
Yesus melarang mereka dengan keras jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun. Lalu Yesus berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Dalam kisah ini, kita mencermati Yesus sedang menguji para muridNya. Yesus mulai dengan pertanyaan sederhana, kata orang banyak siapakah Aku ini dan muridNya menjawab Yohanes Pembaptis, Elia dan nabi-nabi dahulu yang telah bangkit. Ternyata pengetahuan dan pengenalan mereka akan Yesus tidak mendalam, masih salah, simpang siur dan tidak memuaskan.
Maka Yesus bertanya lagi, menurut kamu (para muridNya) siapakah Aku ini? Simon Petrus mewakili para murid menjawab, “Engkaulah Mesias Anak Allah yang hidup.” Pengakuan Petrus terhadap identitas Yesus itu lahir dari relasinya yang dekat dan mendalam dengan Yesus. Petrus berani mengakui Yesus sebagai Anak Allah yang hidup juga merupakan anugerah Roh Kudus, bukan pengetahuan dan pengenalan manusia semata.
Walaupun jawaban Petrus memuaskan, tetapi Yesus melarang dengan keras untuk memberitahukan identitasNya. Mengapa Yesus melarang? Karena beberapa hal belum terpenuhi-digenapi oleh Yesus; seperti salib, penderitaan, ditolak, dibunuh-wafat dan kebangkitan.
Yesus menyuruh mereka diam, menjaga misteri ini, menunggu semuanya terjadi, sehingga para murid menjadi saksi dan mewartakannya. Yesus memberi ruang dan waktu untuk mengalami bersama-Nya, sehingga para murid tahu dan kenal secara mendalam bukan lagi kata orang.
Mari kita belajar dari pengalaman Petrus dan para murid dalam membangun relasi yang dekat dan mendalam dengan Yesus. Walaupun para murid mengalami secara langsung tentu lebih banyak tahu dan kenal tentang Yesus, tetapi mereka diam, tetap menjaga misteri itu.
Kadang-kadang kita tidak bisa diam, menahan diri tahu dan kenal hanya sedikit, tetapi berbicara seolah-olah semua persoalan hidup di dunia ini tahu dan kenal. Kita perlu diam jika marah karena kondisi lidah lebih cepat dari pada pikiran; diam ketika galau karena cepat menyimpulkan dapat menyebabkan salah paham dan konflik; diam karena kata-kata dapat merusak relasi persahabatan, menyinggung perasaan seseorang; diam dalam suasana tegang karena akan memperkeruh keadaan; diam jika tidak yakin akan perasaan dan niat; diam mendengarkan lebih bermanfaat daripada berbicara.
Berbicara yang penting-penting, bukan yang penting berbicara. Kita perlu berdiam diri sampai diminta untuk berbicara, itu lebih baik daripada terus berbicara sampai diminta diam. Yesus dengan keras melarang para murid memberitahukan identitasNya sebelum semuanya terjadi.
Para murid diberi kesempatan untuk tahu dan kenal lebih dekat dan mendalam, sehingga kelak mereka menjadi saksi-mewartakan Yesus yang bangkit dan Tuhan membuat semuanya itu indah pada waktunya.
Kita pun demikian menggunakan kesempatan ini untuk tahu dan kenal Yesus secara dekat dan mendalam, sehingga kita pun dapat mengakui Yesus adalah Mesias Anak Allah yang hidup agar memampukan kita menjadi saksi dan mewartakannya. Semoga, ya semoga… Tuhan memberkati. Pace e bene.
Kamis, 27 Spetember2024 – Br. Gerardus Weruin, MTB