JPIC KALBAR- Sdra-Sdri yang dikasihi Yesus. Kita telah mendapat anugerah, panggilan, dan perutusan dari Tuhan. Hidup ini suatu anugerah dari Tuhan, diberikan dengan cuma-cuma.
Kita yang telah menerima anugerah, dipanggil dan diutus-Nya untuk mewartakan kebaikan dan kemuliaan-Nya. Setiap panggilan lahir dari tatapan cinta Tuhan yang mendatangi kita.
Panggilan lebih daripada pilihan dan keputusan kita sendiri, adalah tanggapan atas panggilan Tuhan.
Yesus memanggil bukan karena kita saleh, baik, dan sempurna, melainkan orang-orang biasa bahkan lemah dan berdosa.
Yesus datang bergaul dengan orang-orang miskin, yang sakit, yang jahat, dan berdosa dan mereka itulah kemudian dipanggil dan diutus-Nya. Mustahil panggilan tanpa perutusan; dengan perutusan kita berusaha mewujudkan impian Tuhan.
Hari ini penginjil Matius (9:9-13) mengisahkan tentang Matius pemungut cukai mengikut Yesus.
Ketika Yesus melihat Matius duduk di rumah cukai, Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.” Matius berdiri lalu mengikut Yesus. Kemudian Yesus ke rumah Matius dan makan bersama para pemungkut cakai, orang berdosa, dan murid-Nya.
Melihat itu, orang Farisi berkata kepada murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungkut cukai dan orang berdosa?”
Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Pergilah dan pelajarilah arti firman ini, Yang Kukehendaki ialah belas kasihan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Kisah Yesus memanggil Matius menjadi murid-Nya mempunyai arti bahwa Matius sebagai pemungut cukai dicap orang berdosa, profesi yang tercela dan menjadi suatu “penyakit” dalam masyarakat.
Namun ketika dipanggil Yesus, Matius mengalami belas kasihan Yesus yang mengubah dirinya bertobat.
Pertobatan itu membuat Matius meninggalkan profesi pemungut cukai dan pergi mengikut Yesus. Pengalaman Matius sebagai pemungut cukai dijadikan Yesus sebagai pelayan dalam karya pewartaan.
Yesus tidak memperhitungkan latar belakang, masa lalunya, tetapi justru menggunakan masa lalu itu sebagai pembelajaran untuk saat ini dan masa depan demi sesuatu yang lebih berguna dan mulia.
Sentuhan kasih Yesus mendorong Matius mengalami proses transformasi diri dari pemungkut cukai menjadi pengarang Injil.
Matius menjadi pribadi yang visioner karena peran dan kontribusinya dalam karya pewartaan yang pada hari ini kita pestakan sebagai Santo Matius Rasul.
Panggilan Yesus yang kita terima pertama-tama bukan sebagai status sosial, jabatan dalam masyarakat, melainkan perutusan.

Kelak kita mendapat itu biasa, tetapi bukan yang terpenting melainkan demi pelayanan agar semakin banyak orang mendapat berkat dan selamat.
Mari kita belajar dari pengalaman Matius seorang pemungkut cukai, kerjanya mencatat dan menagih pajak dipanggil Yesus menjadi rasul, dan pengarang Injil.
Masa lalu yang kelam, dicap orang berdosa, tidak menjadi alasan bagi Matius, namun ia bangkit, pergi mengikut Yesus mengubah seluruh mindset- nya dan menjadi orang baik. Demikian pula, kita dipanggil dan diutus untuk mewujudkan impian Tuhan.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa kita dipanggil untuk membentuk konstelasi yang dapat membimbing dan menerangi jalan umat manusia, dimulai dari tempat di mana kita hidup.
Maka, tetaplah berbuat baik, berhati baik, dan berniat baik; bukan karena kita adalah orang yang paling baik, tetapi karena apapun yang kita lakukan akan kembali ke diri kita sendiri.
Kita dipanggil dan diutus agar impian Tuhan akan belas kasih terwujud di muka bumi ini. Semoga, ya semoga Tuhan memberkati. Pace e bene (*** Br. Gerardus Weruin, MTB 21 September 2024).