JPIC KALIMANTAN BARAT | Sdra-Sdri yang dikasihi Yesus. Murah hati dapat diartikan sikap sabar, berbuat baik tanpa mengharapkan balasan, tidak membalas dendam walaupun disakiti, mengampuni-memaafkan dan berlaku baik kepada musuh.
Walaupun kita tahu murah hati merupakan suatu sikap keutamaan kristiani namun dalam kenyataan sehari-hari masih berlaku hukum timbal balik.
Kita memberi supaya diberi, mengasihi agar dikasihi (ada balasan). Hukum ini tidak salah, apalagi di zaman ini orang berlomba-lomba untuk mendapat keuntungan yang banyak.
Kita memberi tanpa pamrih, tetapi telah dianggap naif, kurang cerdik, terlalu idealis dan sok suci.
Sekilas ada kontradiksi antara keutamaan sikap murah hati dan hukum timbal balik. Perbedaan itu justru membuat kita tampil beda, mempunyai nilai lebih dari orang pada umumnya, dan menjadi militan.
Inilah ciri khas-identitas iman kita kepada Allah Bapa, Tuhan yang bermurah hati, Ia baik terhadap semua orang.
Hari ini Lukas (6:27-38) mengisahkan tentang Bapa yang murah hati. Yesus berkata, “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi mereka yang mencaci kamu; bila ditampar pipimu yang satu berikan juga yang lain; yang mengambil jubahmu, berilah ia bajumu; dan jangan meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.” Yesus cukup keras dan berulang kali menegaskan bahwa “Orang berdosa pun berbuat demikian, apakah jasamu.”

Mengasihi supaya dikasihi, memberi supaya diberi dan seterusnya, hal ini tidak sesuai dengan nasihat Injil dan keutamaan kristiani.
Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga kepada mereka. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.
Menarik bila kita merenungkan sejenak sikap Allah Bapa yang sungguh amat baik.
Dia tetap baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan orang-orang yang jahat. Sikap itu telah dinyatakan dalam cara hidup Yesus, yakni mengasihi musuh.
Yesus telah memberi contoh-teladan-Nya bagaimana cara bersikap terhadap musuh. Musuh-musuh di sekitar kita semakin hari semakin banyak.
Hidup bukan mencari musuh melainkan kita belajar bermurah hati karena Allah Bapa kita murah hati. Mari kita memohon agar Allah-Bapa mengaruniakan kita ramhat untuk menaklukan kecenderungan diri dari suka balas dendam, keberanian hati yang rela berkorban, dan memberi tanpa pamrih.
Hadirnya musuh-musuh di sekitar kita merupakan kesempatan untuk berlatih menjadi murah hati.
Tanpa mereka kita tidak akan menjadi murah hati dan anak-anak Allah yang Mahatinggi. Paus Fransiskus berkata bahwa orang-orang Katolik harus mengampuni, mencintai, dan memberkati musuh-musuh mereka, agar menjadi sempurna sama seperti Bapa di surga yang mengasihi dengan sempurna. Semoga, ya semoga Tuhan memberkati Pace e bene (*** Br. Gerardus Weruin, MTB 12 September 2024).