Mendengarkan dan Menghidupkan

JPIC Kalimantan Barat
4 Min Read
Gambar ilustrasi Yesus tengah mengajar para muridnya - Blog Bruder Gerardus MTB

JPIC KALBAR– Sdra-Sdri yang dikasihi Yesus. Kata saudara berarti orang yang seibu seayah; adik atau kakak (keluarga inti). Arti lainnya orang yang bertalian keluarga, sanak; orang yang segolongan (sepaham, seagama, sederajat dsb).

Dalam hubungan kekeluargaan kita kenal ada saudara sepupu (saudara semoyang), ada saudara tiri, saudara tua.

Di samping itu, ada persaudaraan, yakni persahabatan yang sangat karib, seperti layaknya saudara, pertalian persahabatan yang serupa dengan pertalian saudara.

Keindahan persaudaraan tidak hanya karena ikatan darah, tetapi ketika kamu merasa energimu selalu bertambah ada bersamanya itulah persaudaraan sejati. Saudara dan persaudaraan di dunia ini sifatnya sementara, semua akan berlalu menuju satu keluarga surgawi.

Hari ini Lukas (8:19-21) menceritakan tentang Yesus dan sanak saudaraNya. Ketika orang memberitahu kepada Yesus bahwa IbuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau, Yesus berkata, “IbuKu dan saudara-saudaraKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”

Secara pragmatik berbahasa, Yesus kurang sopan terhadap Ibu Maria dan saudara-saudaraNya. Akan tetapi, Yesus mau membuka pikiran kita akan cara pandang dan pemahaman yang baru tentang ibu dan saudara.

Yesus melihat ibu dan saudara tidak hanya terikatan oleh hubungan keluarga (seibu, seayah, adik, kakak, atau sepupu), darah-daging, tetapi lebih luas, yakni mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.

Maka jelaslah bagi kita, siapa pun orangnya mau keluarga intikah, dari Barat, Timur, Utara, Selatan, suku bangsa manapun jika ia mendengarkan firman Allah dan melakukannya, mereka itu ibu, ayah dan saudara-saudari-Nya. Tidak ada lagi sekat-sekat perbedaan, Yesus membangun persaudaraan secara universal dan satu, mendengarkan sabda Tuhan dan melakukannya.

Injil hari ini sungguh menarik dan menantang kita bagaimana membangun hubungan saudara dan persaudaraan.

Yesus menegaskan bahwa hubungan saudara dan persaudaraan tidak lagi didasarkan pada darah dan daging, tetapi semangat baru, yaitu mendengarkan dan melaksanakan kehendak Allah.

Memang relasi ikatan pertalian keluarga-persaudaraan tidak dihilangkan begitu saja. Ibu dan saudara-Nya telah menjadi pelaku Firman Allah.

Bahkan Bunda Maria menjadi teladan bagaimana mendengarkan, merenung dalam hati dan melakukan Firman Allah. Ketika dibaptis, kita diangkat menjadi saudara-saudari Yesus. Saudara-saudari Yesus berarti kita menjadi pendengar dan pelaku firman dan kehendak Allah.

Suatu hari Santo Agustinus mendengar suara ajaib seorang anak: “Ambil dan bacalah!” Tanpa banyak berpikir, ia segera menjamah Kitab Suci, membuka dan membaca: “Marilah kita hidup sopan seperti siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam perselisihan dan iri hati.

Tetapi, kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya” (Roma 13:13-14). Dalam bulan Kitab Suci ini, mari kita mengambil Kitab Suci membaca, mendengarkan, merenungkan, dan menghidupinya sehari-hari.

Kita belajar dari Bunda Maria mendengarkan Firman Tuhan, merenung dan menyimpan dalam hati serta melakukan sesuai dengan kehendak Tuhan; para Santo dan Santa, para martir, dan Santo Agustinus yang secara ajaib mengambil dan membaca Kitab Suci dan akhirnya bertobat.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa perjumpaan dengan Yesus mengundang kita menghidupkan dua sikap mendasar yang memampukan kita menjadi saudara-saudari Yesus, yaitu mendengarkan dan menghidupkan sabda.

Karena semua hal berasal dari mendengarkan, membuka diri kepadaNya, dan menyambut anugerah berharga dari persahabatan dengan-Nya.

Menghidupkan sabda yang telah kita terima bukan sekadar menjadi pendengar yang sia-sia dan menipu diri kita sendiri; untuk tidak mengambil resiko sekadar mendengar dengan telinga tanpa membuat sabda itu masuk ke dalam hati dan mengubah cara berpikir kita, cara merasa, dan bertindak.

Sabda yang kita dengar mengubah kehidupan dan berinkarnasi dalam hidup kita. Menjadi saudara-saudari Yesus berarti mendengarkan dan menghidupkan FirmanNya. Semoga, ya semoga Tuhan memberkati Pace e bene (*** Br. Gerardus Weruin, MTB 24 September 2024).

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *